Rabu, 12 Oktober 2016

Wonosobo

Pernah berucap pada anak kalau dia sudah bisa jalan dengan baik nanti ibuk ajak jalan-jalan ke Wonosobo.  Sebenarnya sih sejak umur 12 bulan dia sudah bisa jalan dengan baik. Namun karena beberapa hal ditambah dengan cuaca yang tak menentu jadi rencana itu baru terwujud diusianya yang ke 20 bulan.

Kenapa ke Wonosobo? Karena setelah menikah saya tinggal di daerah perbatasan Temanggung-Wonosobo, tepatnya di desa Canggal (ikut suami) dan saya belum pernah ke Wonosobo. Canggal merupakan desa di kaki Gunung Sindoro. Jalur alternatif Temanggung-Wonosobo melewati desa ini. Pemandangannya bagus. Puncak Bogor mah lewaaaattt hehhehe. Jalur ini juga melintas di tengah kebun teh (daerah Tambi). Jangan sungkan untuk istirahat sejenak sambil menikmati udara sejuk dan eloknya pemandangan.



Setelah melewati kebun teh Anda akan menemuni sebuah pertigaan. Ke kanan merupakan jalur menuju kawasan Dieng, sedangkan ke kiri menuju kota Wonosobo. Perjalanan ke Dieng kami jadwalkan lain waktu, sambil si kecil tumbuh lebih besar. Kami ambil jalur ke kiri, menuju kota. Ikuti saja jalur itu, dan sampailah kami di pusat kabupaten Wonosobo, di Alun-alun. Kebetulan di sana sedang ada pentas seni dalam rangka ulang tahun Kodim. Kami jalan santai mengitari alun-alun, menikmati tempe kemul khas Wonosobo sambil menyaksikan pentas seni.

Agak mendung, kami bergegas melanjutkan perjalanan. Rute yang kami pilih adalah memutar. Dari alun-alun kami menuju kecamatan Kertek, melewati jalur bus Wonosobo-Temanggung. Singgah sebentar di rumah kerabat di daerah Reco, dekat dengan Kledung Pass yang merupakan daerah di antara 2 gunung, gunung sindoro dan gunung Sumbing. Kalo cuaca cerah, 2 gunung ini bisa terlihat jelas dan anda serasa berada di lembah 2 gunung sekaligus. Di sini anda juga bisa melihat tanaman kentang (mirip sama tomat loooh…masih satu famili...Solanaceae). Dari Kledung turun menuju Parakan, kemudian Ngadirejo. Lalu naik gunung lagi menuju Canggal. Tunai sudah janji saya mengajak jalan-jalan si kecil ke Wonosobo. Dan kami mengitari Gunung Sindoro. Naik Gunung, turun gunung, naik gunung lagi. Seperti nyanyian ninja hatori (ada yang masih ingat serial kartun ini??) mendaki gunung lewati lembah…sungai mengalir indah ke samudra…bersama teman bertualang….



Kamis, 22 September 2016

Tembakau Temanggung

Temanggung merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang terkenal dengan kopi dan tembakau. Kopi di dataran rendah sedangkan tembakau di bagian lereng gunung. Tembakau di kawasan lereng gunung kualitasnya lebih baik daripada di dataran rendah. Tembakau yang ditanam di lereng gunung, mulai dari menanam sampai panen kurang lebih membutuhkan waktu 6 bulan ( jika di dataran rendah hanya 3-4 bulan) sehingga kadar nikotinnya lebih banyak daripada tembakau yang ditanam di dataran rendah. Tak heran jika memasuki kawasan lereng gunung Temanggung sepanjang mata memandang hanya ada hamparan tembakau. Varietas tembakau asli Temanggung adalah kemloko. Namun petani di Temanggung juga menanam varietas lain seperti varietas boyolali, BAT, kopeng, mantili. Hal tersebut disesuaikan dengan kondisi lahan tanam dan bibit yang mereka miliki.

Ada 3 gunung yang masuk wilayah Kabupaten Temanggung, yaitu Gunung Prau, Gunung Sindoro, dan Gunung Sumbing. Panen tembakau di Temanggung pun beruntun mulai dari sebelah utara, yaitu lereng Gunung Prau yang meliputi kecamatan Tretep dan Wonoboyo, kemudian di sebelah selatannya, yaitu lereng Gunung Sindoro yang meliputi kecamatan Candiroto, Ngadirejo, dan Parakan. Terakhir adalah lereng Gunung Sumbing yang meliputi kecamatan Parakan, Bulu, Tembarak, Tlogomulyo.

Bulan Agustus-September adalah masa pengolahan tembakau. Daun dipetik, kemudian daun diletakkan pada rak bambu, ditunggu sekitar 5 hari sampai daun “matang” ( berwarna kuning ), disortir, dirajang, dijemur menggunakan rigen, digulung, dan terakhir dimasukkan dalam keranjang. Berhati-hatilah jika berkendara di bulan ini karena jalan, terutama di desa-desa banyak dimanfaatkan untuk menjemur tembakau. Jalan sudah seperti miliknya sendiri. Jika cuaca sedang mendung maka di jalanan akan ramai oleh pick up yang penuh muatan rigen untuk mencari tempat yang panas. Jika tembakau tidak kering dalam sehari maka kualitasnya akan menurun.



Banyak petani menggantungkan hidupnya pada tembakau, hal ini dikarenakan jika hasil tembakau sedang “baik dan benar” maka hasilnya banyak. Namun, tembakau sudah tak semenjanjikan dulu lagi. Kualitas tembakau baik apabila didukung dengan cuaca panas. Pada tahun 2015 keadaan cuaca sangat mendukung untuk terbentuknya kualitas tembakau yang baik. Kualitas yang baik tentu saja seharusnya harganya juga baik. Namun ,  entah siapa yang bermain dan menjadi pemenang, pedagangkah? Pabrikkah? Pemerintahkah? Entahlah. Yang jelas petani rugi. Tembakau kualitas baik dibeli dengan harga yang tak baik.

Tahun 2016 petani mencari peruntungan lagi dengan tembakau, seolah tak pernah kapok dipermainkan. Sayangnya, tahun ini keadaan alam juga tak bersahabat. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika menyebutkan bahwa tahun ini terjadi kemarau basah, dimana hujan turun saat “seharusnya” musim panas. Karena terlalu banyak hujan maka kualitas tembakau pun menurun, ditambah sulitnya menjemur karena minim cahaya matahari. Maka tahun ini petani tembakau pun rugi, lagi.


Petani di Temanggung masih sulit lepas dari tembakau. Padahal sudah diedukasi untuk tidak menggangtungkan hidup pada tembakau. Mereka masih tergiur dengan untung besar dari tembakau (padahal jika rugi jumlahnya juga besar). Edukasinya yang kurangkah? Penguasa daerah juga tidak melakukan proteksi terhadap petani. Gudang-gudang milik pabrik rokok nasional berdiri di sini, Gudang Garam, Djarum, Bentoel. Namun petani terpaksa menurut semua kehendak pabrik. Petani tidak bisa langsung membawa hasil tembakaunya ke gudang, harus lewat tengkulak yang mempunyai KTA (Kartu Tanda Anggota) dulu atau biasa disebut juragan. Barang dulu uang nanti. Tembakau dibawa, menunggu beberapa hari, bahkan minggu, baru uangnya dibayarkan, dengan catatan tembakau tersebut lolos masuk gudang. Kalau tidak masuk gudang? Barang kembali. Tak laku. Dan petani kembali melakukan peruntungan tembakau tahun berikutnya.

Kamis, 01 September 2016

Kado Pernikahan Sahabat

Temen mau nikah? Bingung mau kasih kado apa? 

Mug sarimbit dan barang pecah belah lain udah biasa, selimut sprei bed cover ah ini biasanya banyak yang bawa kado jenis ini. Baju sepatu sandal, eemm boleh juga nih, tp gak tau persis ukurannya, kalo kedodoran ato malah kekecilan, udah lama gak ketemu karena terpisahkan jarak dan waktu (lebaiii...).

Jam tangan! why not. Pilihannya bisa disesuaikan dengan budget dan karakter si penerima kado, kalo orangnya tomboi sebaiknya jangan kasih yang bling bling gimanaaa gitu, ntar malah jadi pajangan, enggak dipake. 

Aku kasih kado jam tangan dengan model kaya gambar dibawah ini. Bingung lagi mo model yang gimana, googling aja, buuuaanyaaaak macemnya. Contohnya kaya gambar ini.